Pagi
itu cuaca cerah, Abu Nawas dan istrinya sedang berkebun di ladang milik
mereka. Ladang yang terletak tepat di belakang rumah mereka itu cukup
luas untuk menanam hasil bumi yang dapat menunjang hidup sekeluarga.
Sambil
menyeka keringat yang mulai membasahi kening dan sekujur tubuhnya, Abu
Nawas berkata dalam hati "Enak betul orang kaya yang bergelimang harta,
mereka tanpa bekerja keras seperti Aku bisa makan enak, hidup nyaman
tanpa harus capek bekerja di ladang seperti Aku".
"Kita
sudah mencangkul dari pagi, hingga siang hari begini baru sepertiga
bagian saja yang bisa Kita cangkul ya istriku". Abu Nawas berkata
kepada istrinya. Istrinya hanya tersenyum sambil menjawab " Iya suamiku,
Kita harus bekerja lebih keras agar dua hari lagi kita dapat menanam
bibit kentang Kita".
Abu
Nawas dan istrinya tidak tahu kalau pengawal kerajaan sedang menuju
rumah mereka. Setelah sampai didepan rumah Abu Nawas , para pengawal
kerajaan segera berteriak memanggil si empunya rumah. "Abunawas . .
.Abunawas . . . Dimana Kau . . . lekas kemari!" Abu Nawas yang
mendengar teriakkan memanggil namanya bergegas datang.
Betapa
terkejutnya Abu Nawas begitu mendekat sumber suara yang memanggilnya
tadi, tanpa diduga tiba-tiba ia disergap dan ditangkap seperti layaknya
penjahat.
"Hai
apa-apaan ini lepaskan Aku, apa salahku?" Sambil berontak Abu Nawas
berusaha melawan dan melepaskan diri. "Diam Kau Abu Nawas , tidak usah
berontak . . . Kami kesini ditugaskan Sultan untuk menangkapmu!" bentak
pengawal yang merangket Abu Nawas .
——-
Istri
Abu Nawas yang melihat kejadian itu hanya bisa berteriak dan menangis.
"Lepaskan suamiku . . . lepaskan suamiku, tuan . . . apa salahnya
sehingga tuan menangkapnya?" Pengawal yang sedang berusaha mengikat Abu
Nawas ke kudanya itu segera melotot ke arah istri Abu Nawas. "Diam Kau .
. . Kami hanya menjalankan tugas untuk menangkap dan menghukum Abu
Nawas !"
Akhirnya
dengan diiringi tangis istrinya, Abu Nawas ditangkap dan dibawa
kepenjara kerajaan. Abu Nawas hanya bisa mengumpat dalam hati, Lihat
saja kalian . . . akan kubalas perbuatan kalian . . . istriku sabarlah
pasti Aku pulang kerumah secepatnya."
Abu
Nawas hanya bisa berjalan terseok-seok dengan tangan terikat yang
ditarik kuda para pengawal kerajaan itu. Para pengawal terus tertawa
senang melihat penderitaan Abu Nawas sambil terus mempermainkan tali
ikatan tangan Abu Nawas. Sehingga sesekali Abu Nawas terjatuh atau
terseret karena kelakuan para pengawal tersebut.
Setelah
menempuh perjalanan satu hari satu malam dan tiga kali berhenti untuk
beristirahat, akhirnya sampailah mereka ke penjara kerajaan. Segera Abu
Nawas dimasukkan dalam sel yang lembab, kotor, sempit dan gelap. Hai
sampai kapan Aku di kurung di sini . . . apa salahku? teriak Abu Nawas
ketika para pengawal itu mau meninggalkanya. Pikir saja sendiri apa
salah mu Ali . . . dan sampai kapan Kau di sini kami tidak peduli! Jawab
pengawal itu ketus sambil berlalu.
Abun
Nawas hanya bisa merenungi nasibnya sambil berpikir bagaimana caranya
supaya ia dapat keluar dari penjara itu. Ia teringat istrinya dirumah,
kasihan istrinya tentu ia merasa sedih dan bingung atas kejadian yang
menimpanya kini. Abu Nawas juga teringat ladangnya yang belum selesai ia
tanami kentang, dan membayangkan betapa repotnya sang istri mengurus
ladang seorang diri.
Setelah
lama merenung dan berpikir akhirnya Abu Nawas menemukan ide. Segera ia
menulis surat untuk istrinya di rumah, dan isi surat itu berbunyi,
——————————– AWAL SURAT ABU NAWAS ——————————
Istriku tercinta,
Jangan
bersedih dengan keadaanku sekarang ini, Aku baik-baik saja.
Sepeninggalku tak usah Kamu kuatir bagaimana kamu menghidupi dirimu
sendirian.
Istriku tercinta,
Ketahuilah
kalau Kita masih punya simpanan harta karun yang berupa emas, permata
dan berlian. Semua itu Aku kubur di ladang kentang di belakang rumah
Kita. Cobalah Kau gali pasti Kau akan menemukannya. Gunakanlah untuk
mencukupi kebutuhannmu selama Aku di sini.
Suamimu tercinta,
Abu Nawas
——————————– AKHIR SURAT ABU NAWAS ——————————
Setelah
selesai menuliskan surat tersebut, Abu Nawas memanggil penjaga dan
memintanya untuk mengantarkan surat itu kepada istrinya. Penjaga yang
dititipi surat itu penasaran dan membuka surat Abu Nawas untuk istrinya
tersebut. Setelah mengetahui isi surat tersebut, sang penjaga melaporkan
kepada Sultan Harun Al Rasyid.
Begitu
membaca surat Abu Nawas untuk istrinya tersebut Sultan memerintahkan
beberapa pengawalnya untuk pergi kerumah Abu Nawas. Para pengawal
tersebut diperintahkan untuk menggali ladang kentang milik Abu Nawas dan
mengambil harta karun yang ada di ladang tersebut.
Tak
berapa lama kemudian sampailah para pengawal kerajaan di rumah Abu
Nawas. Tanpa permisi mereka lalu menuju ke ladang kentang milik Abu
Nawas. Mereka menggali ladang kentang tersebut. Istri Abu Nawas yang
tidak tau apa-apa heran melihat banyak pengawal menggali ladang
kentangnya. Tapi dalam hatinya senang juga karena pekerjaan mencangkul
ladang sekarang sudah ada yang mengerjakannya meskipun Abu Nawas tidak
ada dirumah.
Sudah
seluruh tanah di ladang milik Abu Nawas digali tapi tidak ada harta
karun yang dijumpai. Akhirnya para pengawal itu memutuskan untuk
menghentikan penggalian dan kembali ke kerajaan dan melaporkan kejadian
itu kepada Sultan.
Abu Nawas yang mendengar para pengawal sudah kembali dari rumahnya kemudian menulis surat lagi untuk istrinya.
——————————– AWAL SURAT ABU NAWAS ——————————
Istriku tercinta,
Sultan
sudah sangat baik mengirimkan para pengawalnya untuk membantu Kita
mengolah tanah di ladang. Sekarang ladang Kita sudah dicangkul semua.
Sekarang Kamu tentu lebih mudah menanam kentang, tidak usah repot lagi mencangkul ladang sebegitu luas.
Sabarlah
istriku, Aku akan cepat pulang karena Sultan orang yang bijaksana.
Beliau tahu kalau Aku tidak bersalah. Pasti sebentar lagi Aku akan
dibebaskan.
Suamimu,
Abu Nawas
——————————– AKHIR SURAT ABU NAWAS ——————————
Surat
itu lalu dititipkan kepada penjaga penjara untuk disampaikan kepada
istrinya di rumah. Dan sesuai dugaan Abu Nawas, surat itu disampaikan ke
Sultan oleh penjaga penjara. Setelah tahu isi surat itu, Sultan merasa
malu kepada dirinya sendiri.
Sebagai
seorang Sultan yang berkuasa tidak sepantasnyalah Beliau penjarakan Abu
Nawas dengan alasan yang tidak jelas. Beliau sadar akan kekeliruannya
itu, kemudian memerintahkan pengawalnya untuk membebaskan Abu Nawas dari
penjara.
EmoticonEmoticon